China Bongkar Fosil Mamalia Terbesar Bumi
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi. (Dok. AFP/SPENCER PLATT)
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Paleontologis yang bekerja di China telah menemukan spesies baru badak raksasa yang disebut merupakan mamalia terbesar yang pernah ada di Bumi.
Para peneliti dari Amerika Serikat dan China menamakan spesies baru ini Paraceratherium linxiaense.
Temuan ini berdasarkan hasil analisa tim peneliti terhadap fosil yang ditemukan pada 2015. Tim itu dipimpin oleh Deng Tao dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi di akademi itu.
Fosil itu ditemukan di cekungan Linxia di Provinsi Gansu, di barat laut China. Hasil analisa genetik menunjukkan bahwa tulang ini milik spesies baru dari badak raksasa.
Badak ini diperkirakan punya berat 24 ton dan ukurannya sama dengan enam kali gajah.Tinggi hewan ini hingga ke bahu diperkirakan 5 meter, 7 meter tinggi hingga ke kepala, dan panjang 8 meter.
Sebagai perbandingan, tinggi jerapah jantan dewasa 5,4 meter, sementara jerapah betina dewasa sekitar 4,2 meter.
"Ini adalah mamalia terbesar yang pernah hidup di daratan," jelas Deng.
Badak raksasa Paraceratherium,banyak ditemukan di Asia seperti disebutkan dalam rilis Akademi Sains China yang dipublikasikan di jurnal Communications Biology, Jumat (18/6).
"Biasanya fosil ditemukan dalam bentuk pecahan , tapi fosil ini kesatuan utuh yang lengkap (bahkan) dengan tengkorak dan rahang yang utuh, sangat jarang," jelas Deng kepada CNN.
"Panjang tengkorak (yang ditemukan) lebih dari satu meter dan sangat jarang belulang sebesar itu terawetkan," jelasnya.
Habitat utama Badak ini ada di dataran China, Mongolia, Kazakhstan, dan Pakistan. Sebagian kecil Badak diperkirakan juga hidup di Eropa Timur.
Badak raksasa ini hidup di utara Tibet sekitar 31 juta tahun lalu sebelum bermigrasi ke tenggara Kazakhstan dan Pakistan.
Badak Raksasa Linxia adalah keturunan dari badak yang tinggal di Pakistan. Mereka harus menyeberangi dataran tinggi Tibet dalam perjalanan mereka ke utara menuju Linxia, yang berarti dataran itu lebih rendah dari sekarang, kata Deng.
"Selain itu, migrasi hewan terkait dengan perubahan iklim. Jadi 31 juta tahun yang lalu, ketika dataran tinggi Mongolia mengering, mereka pindah ke selatan," tambahnya.
"Kemudian cuaca menjadi basah dan mereka kembali ke utara. Oleh karena itu, penemuan ini sangat penting untuk mempelajari seluruh proses pengangkatan dataran tinggi, iklim dan lingkungan," katanya. (CNN Ind)