Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Penikaman Ustadz Muhammad Zaid di Aceh Tenggara, Siapa Dalangnya?

Penikaman Ustadz Muhammad Zaid di Aceh Tenggara, Siapa Dalangnya?

Sabtu, 31 Oktober 2020 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ustadz Muhammad Zaid Maulana. [IST]


Siapa dalang penikaman ustadz Muhammad Zaid Maulana? Pertanyaan publik ini, kini menjadi pembahasan.Korban tidak mengenal pelaku penikaman. Pelaku merupakan mantan anggota polisi yang terjerat narkoba.

Kini pelaku hanya sebagai petani, namun dari berbagai sumber disebutkan, pelaku sikapnya sering meresahkan warga, dia masih dalam lingkaran narkoba. Bahkan pihak keluarga menyerah dalam mengurus sikap pelaku.

Publik mulai bertanya, mampukah penyidik “menguak” tabir penikaman ustadz yang sedang berceramah maulid nabi di Aceh Tenggara ini? Siapa dalang dibalik penikaman ini, itulah pertanyaan yang harus dijawab pihak penyidik yang menangani kasus penikaman ini.

Penikaman ustadz yang sedang berdakwah kembali terjadi, kali ini giliran Provinsi Aceh yang menjadi catatan sejarah. Sasaran tubuh yang ditikam sangat vital, bagian leher, dimana pelaku sudah memegang kepala korban dan menghujamkan pisau ditangan ke arah leher korban.

Kejadian itu berlangsung, saat Ustadz Muhammad Zaid Maulana memberikan ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Al Husna, Desa Kandang Belang, Kecamatan Lawe Bulan, Aceh Tenggara, pada Kamis (29/10/2020) jam 21.30 WIB.

Kapolres Aceh Tenggara AKBP Wanito Eko Sulistyo S.H.S.I.K kepada Dialeksis.com, Jumat (30/10/2020) saat dikonfirmasi menjelaskan, pelaku masuk dari Jendela samping dekat mimbar dan langsung memegang kepala korban sambil mengeluarkan pisau.

Kemudian pelaku mencoba menikam korban pada leher, namun korban mengelakan dengan tangan kirinya. Korban langsung lari kedepan untuk menyelamatkan diri dan dibantu oleh jama'ah," kata Kapolres Aceh Tenggara.

Korban mampu mengelak, sehingga tidak bagian lehernya yang tertusuk senjata tajam, walau tanganya penuh luka. Kini kondisi tubuh korban sudah membaik, namun harus mendapatkan pelayanan medis selama beberapa hari ke depan.

"Saya tidak tahu motifnya apa, soalnya saya tidak kenal beliau. Kalau tusukan, di tangan kiri ini ada sekitar lima tusukan. Alhamdulillah sekarang kesehatan sudah membaik. Arahan dari dokter untuk menginap dulu sekitar dua malam," sebut Ustadz Mauhammad Zihad Maulana, menjawab Dialeksis.com, ketika ditanya tentang kondisi kesehatanya.

Korban tidak mengenal pelaku penikamanya. Semuanya berlangsung spontan diluar perhitungan. Ada hubungan apa antara pelaku penikaman dengan korban? Apakah pelaku penikaman ini ada yang memberikan/ menjanjikan materi. Pertanyaan ini ramai dibahas publik, apalagi dikaitkan dengan prilaku penikaman yang selama ini meresahkan masyarakat.

Sementara itu, Sekjen PD Muhammadiyah Aceh Tenggara Masri Amin S.E M.Si menjawab Dialeksis.com, Jum'at (30/10/2020) menjelaskan, pihaknya kenal Ustadz Zaid yang sering menjadi khatib Jum'at di desanya, Lawe Sagu Hilir, Lawe Bulan, Aceh Tenggara.

Menurut Masri, dia juga mengenal pelaku yang merupakan warga tetangga kampung korban, yakni warga Lawe Sagu Hulu, Lawe Bulan, Aceh Tenggara. Dimana kedua kampung ini dulunya satu, namun kini telah dimekarkan, warga di sana masih menggunakan satu masjid.

"Di jagad media sosial ramai-ramai memberi kutukan sejak tadi malam. Kita perihatin atas kejadian ini, namun jangan heran atas kejadian tersebut secara berlebihan. Ini kejadian menampar muka kita semua, karena yang menjadi korban adalah ustadz dan itu viral," jelasnya.

Masri yang juga Ketua Pengurus Provinsi Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KAUMY) Aceh itu menjelaskan, sebenarnya telah banyak kekerasan dalam bentuk lain yang dilakukan pelaku, namun dianggap biasa.

"Laporan ke Kepolisian telah sering, namun tak berjalan normal dan terkesan diendapkan, tak digubris. Banyak kasus, warga diam tak berani bertindak. Atas tindakan pelaku yang luar biasa parah dan sering, bahkan orangtuanya (bambru/bibik) kewalahan dan tak mampu lagi mengontrolnya. Hingga secara ekonomi habis terkuras atas perilaku tersangka," jelasnya.

"Allah kali ini menampar kita semua atas efek narkoba sabu-sabu dan lainnya yang bebas beredar, seakan terjadi pembiaran bak jualan kacang goreng. Bahkan di desa bandar narkoba beroperasi seperti pasar bebas tanpa hukum di sana. Kita lumpuh dan tuna kuasa atas narkoba," tambahnya.

Sekjen PD Muhammadiyah Aceh itu berujar, pelaku pernah tinggal lama hanya berjarak lebih kurang 30 meter dari batas tambak kolamnya.

"Rumah itu seperti markas pesta narkoba dan seks bebas. Dan sudah diketahui oleh umum. Terhitung pelaku dapat disebut masih kerabat. Ibunya berasal dari desa saya," ungkap Masri.

Sebagai tetangga tempatnya usaha, Masri mengaku cukup resah. Baik siang, maupun malam hari, cukup berisik dengan dentuman musik seperti di klub malam. Laki perempuan silih berganti bertandang hingga dini hari.

"Aparatur dan warga desa tak ada yang berani melarang. Oknum polisi pun diduga membiarkannya dan mungkin juga tidak berani, atau bahkan ikut di sana. Pemecatan pelaku dari anggota Polri, menurut Masri, semata tindakan hukuman struktural saja,” jelasnya.

"Sebelum dipecat, kalau tidak salah pelaku pernah direhabdi Jawa Barat, atas ketergantungan narkoba. Setelah tidak lagi menjadi polisi, prilakunya makin hari maki parah dan brutal tanpa tindakan substansial dari aparat berwenang," jelas Alumni S2 Ilmu Politik, Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM itu.

Masri bercerita, penjaga kolamnya pun sering merasa terteror. Tengah malam minta rokok dan minjam koreklah. Bahkan rekan penjaga kolam yang masih berstatus pelajar, menunggu kolam ketika penjaga kolam ada keperluan pergi, disiksa dengan merendam dan memukulnya.

“Pernah dilaporkan ke kepolisian, namun dianggap angin lalu. Kejadian ini cara Allah menegur kita akibat narkoba. Kejadian ini puncak gunung es atas kejadian lain yang telah banyak memakan korban dan kita diam tak berani bertindak," jelasnya.

Namun kejadian ini cukup disayangkan korbannya adalah Ustadz Zaid dan momennya saat maulid. Kalau tidak, siapa yang peduli atas tekanan psikologis warga sekitar selama bertahun-tahun terkait perilaku pelaku," sebutnya.

Masri menyebutkan, narkoba diduga seperti dibiarkan bebas di Aceh Tenggara yang dikategorikan daerah "darurat narkoba".

“Narkoba telah merambah seluruh desa bak dana desa. Banyak generasi muda rusak parah. Kriminalitas meningkat dan seluruh warga desa satu kabupaten resah. Dan anehnya, warga pun menganggap biasa tanpa ada tindakan kultural," pungkasnya.

Harapan

Menanggapi aksi penikaman ustdaz Mummad Zahid Maulana, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk Faisal Ali sangat menyesalkan terjadinya kasus tersebut.

"Sangat kita harapkan agar aparat kepolisian mendalami khusus ini secara utuh sampai ke akar-akarnya. Bisa jadi ada orang lain yang menggerakkan dia untuk melakukan penusukan itu," jelas ulama yang akrab disapa Lem Faisal ini saat dihubungi Dialeksis.com, Jum'at (30/10/2020).

Wakil Ketua MPU Aceh itu juga berharap agar kasus penusukan ulama seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan.

"Saran kita kepada semua masyarakat yang mengadakan tablig akbar, maulid dan sebagainya, agar selalu hati-hati dan waspada. Berikan pengamanan yang kuat kepada mubalig atau penceramah, laporkan kepada aparat keamanan saat membuat kegiatan," jelas Lem Faisal.

"Selanjutnya kepada aparat keamanan agar terus memonitor ke depan, terkait gerakan orang-orang tertentu yang mencoba mengacaukan suasana kedamaian dan ketentraman di Aceh," sebut Lem Faisal.

Penikaman Ustadz Muhammad Zaid Maulana, saat memberikan ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Al Husna, Desa Kandang Belang, Kecamatan Lawe Bulan, Aceh Tenggara, pada Kamis (29/10/2020) jam 21.30 WIB, telah menjadi perhatian publik.

Beragam pihak turut memberikan statemen atas kejadian ini. Kepala Dinas (Kadis) Syariat Islam Aceh Tenggara, M Iqbal Selian S.Ag, misalnya, dia mengimbau kepada para imam, khatib dan bilal serta penceramah di Aceh Tenggara agar lebih waspada ketika menyampaikan ceramah, khutbah dan syiar Islam.

"Mana tahu hal seperti ini bisa terulang kembali di tengah-tengah masyarakat. Kita tidak mau berspekulasi lagi. Untuk itu kita harus lebih waspada, termasuk kepada pengurus masjid," jelas Iqbal saat dihubungi Dialeksis.com, Jum'at (30/10/2020).

Iqbal menyarankan, apabila melaksanakan kegiatan-kegiatan maulid seperti ini, pertama harus tetap menjaga protokol kesehatan. Kedua, agar lebih waspada dengan menghadirkan pihak keamanan seperti polisi atau minimal Satpol PP harus ada di lokasi.

"Mimbar itu dijaga, paling tidak seperti itu. Kita tidak bisa menduga-duga, sebab kita tidak tahu bagaimana hati orang. Intinya, jangan sampai terulang kembali kejadian ini," tambahnya.

Ia menuturkan, kejadian ini merupakan yang pertama kalinya di Aceh Tenggara. "Makanya kita tidak menyangka peristiwa ini bisa terjadi," ujar Iqbal.

Pelaku merupakan mantan anggota polisi yang dipecat karena narkoba. Namun Iqbal tidak tahu apakah pelaku saat melakukan penikaman sedang sakaw. Pihkanya menunggu perkembangan resmi dari pihak kepolisian yang menangani kasus ini.

Kapolres Aceh Tenggara AKBP Wanito Eko Sulistyo S.H.S.I.K kepada Dialeksis.com, Jumat (30/10/2020) saat dikonfirmasi selain menjelaskan kronologis kejadian penikaman ustadz yang sedang berceramah di atas mimbar ini, juga menjelaskan pihaknya sudah menahan pelaku.

Penjelasan Kapolres mengindikasikan, pelaku sudah mempersiapkan diri. Pelaku masuk dari Jendela samping dekat mimbar dan langsung memegang kepala korban sambil mengeluarkan pisau.

Kemudian pelaku mencoba menikam korban pada leher, namun korban mengelakan dengan tangan kirinya. Korban langsung lari kedepan untuk menyelamatkan diri dan dibantu oleh jama'ah," kata Kapolres Aceh Tenggara.

Tidak lama kemudian MA,37, pelaku penikaman berhasil diamankan dan dibawa ke Mapolres Aceh Tenggara.

"Pelaku sudah kita tahan. Sedang kita amankan untuk penyelidikan lebih. Motifnya belum kita ketahui karena pelaku masih kita periksa,"demikian kata Wanito Eko Sulistyo.

Publik menaruh harapan besar kepada pihak penyidik untuk mengungkap motif dari penikaman ustadz yang sasaran penikamanya bagian vital dari tubuh, bila tertikam dibagian sasaran ini bisa merengut nyawa.

Publik menanti kinerja pihak penyidik. Apakah penyidik mampu membongkar sampai ke akar-akarnya, seperti yang diharapkan banyak pihak. Siapa saja yang terlibat dibalik penikaman ini? Apalagi aksi pelaku selama ini, seperti dijelaskan warga, sudah sangat meresahkan.

Apakah keresahan warga disana mampu dijawab pihak penyidik dengan menghadirkan kedamaian? Sehingga semua nyaman dalam beraktifitas, tidak ada lagi perbuatan yang melanggar norma adat dan hukum. Kinerja polisi dinanti masyarakat. (Bahtiar Gayo)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda