Literasi Digital Perlu Ditingkatkan Karena Warga Indonesia Rentan Hoaks
Font: Ukuran: - +
Illustrasi Sosial Media. [Foto: Shutterstock/Vasin Lee]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ada banyak bentuk disinformasi dan hoaks terkait pandemi Covid-19 beredar di internet. Menurut Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Reisa Broto Asmoro, jumlahnya sudah mencapai sekitar 8.000 konten.
Nahasnya, konten hoaks dan disinformasi yang beredar itu kerap mencatut nama media massa kredibel. Alhasil, tak sedikit masyarakat yang percaya akan berita tersebut, sebagaimana dilansir dari Antara, Selasa (8/6/2021).
Kondisi makin mengkhawatirkan manakala banyak orang dengan cepat membagikan berita atau informasi berjudul bombastis dan sensasional tanpa membaca informasinya secara menyeluruh terlebih dahulu.
Melihat fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi digital di Indonesia masih sangat rendah.
Pasalnya, masih banyak masyarakat percaya akan informasi yang belum jelas sumbernya, khususnya konten bersifat negatif. Menurut Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Sam Ratulangi Leviane JH Lotulung, berita negatif adalah sekumpulan informasi bernilai fakta tetapi berpotensi membawa dampak yang kurang baik bagi masyarakat.
Hal itu ia sampaikan dalam web seminar (webinar) bertajuk “Lawan Berita Negatif di Media Sosial”, Selasa (13/7/2021).
“Hoaks kini tersebar dengan mudah karena kini penyebaran informasi melalui media sosial dapat dibantu dengan media tradisional yang berkonversi ke ruang digital,” kata Leviane dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (16/7/2021).
Dalam rangka memerangi hoaks, dosen yang juga anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) itu mengatakan, nilai-nilai Pancasila perlu diterapkan saat bermedia digital.
“Misalnya, sila kedua dapat dikaitkan dengan membela kebenaran dan keadilan yang berdasarkan fakta dan akal sehat. Lalu, sila ketiga dikaitkan dengan menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan,” terangnya.
Lebih lanjut, Leviane menyebut bahwa sila keempat juga bisa diimplementasikan dalam bermedia digital.
“Sila keempat menganjurkan agar tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Itu berarti, setiap orang harus berupaya menghalau kabar dan konten negatif mulai dari diri sendiri.
Selain itu, menasihati orang-orang terdekat untuk tidak asal membagikan informasi,” tambahnya. Selain Leviane, Dosen Fisip Universitas Sriwijaya Krisna Murti yang juga menjadi narasumber dalam webinar turut membagikan kiat untuk memerangi hoaks.
Dosen yang juga anggota Indonesian Association for Public Administration (IAPA) itu mengatakan, setiap orang perlu menyadari pentingnya menyaring informasi sebelum menyebarkan ke khalayak luas.
“Jangan menjadi orang yang berlomba-lomba untuk (jadi) paling pertama membagikan. Proteksi diri sendiri dengan self-censorship. Pendeknya, ikuti program webinar Literasi Digital dan sebarkan manfaatnya,” ujarnya.
Selain kedua nama itu, webinar tersebut juga dihadiri sejumlah narasumber ahli dari berbagai kalangan, seperti dosen Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret (UNS) sekaligus anggota IAPA Galan Prakoso, tutor Kaizen Room Ilham Faris (Kaizen Room), dan aktor Ajun Perwira.
Sebagai informasi, webinar bertajuk “Lawan Berita Negatif di Media Sosial” merupakan salah satu rangkaian webinar Indonesia #MakinCakapDigital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bersama Japelidi, serta Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.
Acara yang terselenggara di DKI Jakarta dan Banten itu merupakan upaya dalam menyosialisasikan Seri Modul Literasi Digital, bagian dari program Literasi Digital Nasional yang diinisiasi pemerintah. Adapun program itu bertujuan memperkuat kecakapan masyarakat dalam menggunakan teknologi dan media digital secara komprehensif.
Terdapat empat tema besar yang dibahas dalam Seri Modul Literasi Digital, yaitu Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital, dan Aman Bermedia Digital. Webinar Indonesia #MakinCakapDigital memiliki target 12,5 juta partisipan. Karena itu, Kemenkominfo mengharapkan keikutsertaan seluruh elemen masyarakat agar literasi digital dapat terwujud di Indonesia.
Kegiatan tersebut terbuka untuk umum. Jadi, bagi siapa saja yang ingin memahami literasi digital dapat mengikuti acara tersebut melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. (Kompas)