Beranda / Feature / IAIN Gajah Putih dan TPA Sampah

IAIN Gajah Putih dan TPA Sampah

Selasa, 17 Maret 2020 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Lokasi Kampus IAIN Gajah Putih, Aceh Tengah yang diresmikan Menteri Agama pada Januari 2018. berada di bibir jurang , sisi sebelah baratnya merupakan TPA sampah.(Foto/dok)


DIALEKSIS.COM - Lokasinya bagaikan tempat jin buang anak. Sepi, terbilang jauh dari pemukiman penduduk. Dikawasan ini, dumtruk sering lalu lalang, apalagi pada malam hari. Harta “karun” dari kota Takengon dipendam di sana.

Tidak ada istilah hujan dan dingin menusuk tulang. Para supir truk dan awaknya  senantiasa ke Uwer Tetemi, Kampung Mulie Jadi, Kecamatan Silih Nara, Aceh Tengah. Saban hari, tidak ada istilah libur. Harta karun yang dibuang masyarakat kota Takengon, harus  mereka pendamkan di Uwer Tetemi.

Setiap harinya sekitar 60 ton harta karun masyarakat kota Takengon dalam bentuk limbah rumah tangga, diangkut oleh armada pasukan oranye dari Dinas Kebersihan. TPA sampah ini sudah menggunung, diiringi aroma tak sedap. Sejumlah mahluk akibat sampah bermunculan.

Diatasnya, tidak jauh dari  TPA sampah berdiri gedung megah. Sebuah Universitas yang kini sudah mendapat kehormatan sebagai Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Gajah putih. Peresmian gedung "dilokasi"  sampah ini dilakukan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, pada 28 Januari 2018 lalu.

Walau gedung megah ini berdiri di atas bukit dengan pemandangan yang indah, ada hamparan perkebunan kopi milik penduduk, diantara lekukan gunung, namun kenyamannya terusik. Bukan hanya sesekali,  bau menusuk hidung yang membuat pusing datang menyapa. Apalagi  ketika angin berhembus. Di sisi lain,  ada kalanya lalat bertebaran di mana mana.

Penduduk setempat sudah sering protes, bahkan melakukan aksi demo, pemblokiran lokasi dilakukan. Dampaknya  sampah kota di Kota Takengon berjejal di setiap sudut. Persoalan sampah  di sana, mengharuskan aparat kepolisian memberikan pengamanan dalam mengantar sampah ke Uwer Tetemi.

Catatan sejarah, nyaris terjadi benturan antara masyarakat yang menolak sampah dan aparat keamanan. aksi dorong mendorong tak terelakan. Ahirnya dibuatlah kesepakatakan, sampah di sana akan ditimbun dan pengangkutanya dilakukan pada malam hari.

Selesai? Tidak. Jumlah sampah yang setiap hari diangkut ke sana masih menyimpan sejumlah masalah. Lokasi TPA yang kian hari kian menyempit, mengakibatkan gunungan sampah terlahir. aromanya menyengat dan kesan angker di derah sepi ini belum hilang.

Sampah- sampah dari masyarakat kota Takengon,  masih tetap berada diantara gedung megah IAIN Gajah Putih ini. Apakah nyaman sebuah universitas dalam lingkungan sampah? Bukan hanya mahluk yang dihasilkan sampah menjadi gangguan, namun aroma dari “harta karun” ini menyesakan dada.

“Tidak nyaman dan tidak layak sebuah universitas dikelilingi sampah.Kami akan berjuang agar lokasi pembuangan ahir sampah dipindahkan. Lokasinya sudah kami temukan, tinggal proses selanjutnya,” sebut Shabela Abubakar, Bupati Aceh Tengah, menjawab Dialeksis.com, Selasa pagi (16/03/2020) via selular.

Menurut Shabela,  lokasi TPA Uwer Tetemi akan diserahkan kepada IAIN UGP. Lokasi ini nantinya bisa dijadikan taman, serta untuk kegiatan lainya yang mendukung pendidikan. Bila dibuat taman di lokasi TPA sampah ini, akan terlihat indah, apalagi dipandang dari gedung IAIN yang berada di atas.

Untuk lokasi TPA sampah, sebut Shabela, pihaknya sudah menyediakan tempat yang lainya. Semoga persoalan sampah dan persoalan IAIN yang selama ini diusik dan tidak nyaman karena sampah, dapat diatasi.

Lokasi ini dulunya dikenal angker, sepi, bagaikan lokasi jin buang anak. Namun setelah berdiri gedung megah di sana, kesan angker itu masih belum hilang. Apalagi di bawah gedung ini terdapat sampah yang terus menumpuk, menggunung.

Hewan liar, seperti babi menjadikan area sampah ini sebagai tempat mencari makanan. Walau pemandanganya indah, terlihat hamparan kebun kopi di kampung Terang Engon, sebelah barat gedung, kesan angker itu masih belum hilang.

Dengan diserahkanya TPA sampah untuk kegiatan IAIN Gajah Putih, lokasi yang dulunya angker dapat disulap menjadi kawasan destinasi wisata yang baru. Panorama yang indah, apalagi nantinya TPA ini berubah wujud menjadi taman, IAIN Gajah Putih akan mendapatkan daya tarik tersendiri.

“Kita akan berjuang mengupayakan, agar lokasi kuliah ini nyaman, dan kawasan yang sepi ini dapat berkembang,” sebut Shabela.

Uwer Tetemi  dikenal dengan kawasan sepi, dan semakin sepi ketika dijadikan TPA sampah, walau diatas lokasi TPA ini sudah berdiri gedung “megah” kampusnya IAIN Gajah Putih. Lokasi asri gedung yang diresmikan menteri Agama ini, kalah menarik karena ada sampah di bawahnya, semoga ke depan tidak ada lagi cerita sampah di sana. (Bahtiar Gayo)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda