Selasa, 09 Desember 2025
Beranda / Feature / Air Mata Beraroma Keringat Relawan

Air Mata Beraroma Keringat Relawan

Selasa, 09 Desember 2025 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo
Relawan donasi peduli Gayo melangsir bantuan dengan berjalan kaki di Kem, Bener Meriah, pergi tiga jam, pulang mencapai 4 jam dalam cuaca hujan. (foto/dok)

DIALEKSIS.COM | Feature - Jalanya licin diantara gelondongan kayu. Bila terpeleset ancamanya maut. Para pendaki harus menempuh medan yang berat selama 4 jam. Mereka harus melalui tumpukan kayu dan batu yang dibawa banjir. Lumpur yang tebal masih basah diguyur hujan, membuat tapak sepatu bot lengket.

Jangankan membawa beban di medan yang tantanganya maut ini, berjalan normal saja membutuhkan waktu 3 jam. Apalagi membawa sembako atau BBM, pundak mereka sudah letih, bagaikan mau patah. Namun tidak ada istilah menyerah, masyarakat yang terancam kelaparan menanti mereka.

Fisik harus kuat, bila tak ingin ditandu oleh manusia lain. Membawa beban dengan jarak 7 kilometer, mendaki diantara bebatuan, kayu dan lumpur bukanlah pekerjaan mudah. Namun semua itu dilalui dengan tabah, aroma keringat mereka, ada tetesan air mata bagi yang menerima bantuan.

Musibah Aceh, yang turut melanda kawasan Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Luwes) telah menghadirkan pemandangan sejarah baru di kawasan Kem, ruas jalan KKA Bener Meriah. Manusia tangguh mengangkut sembako dan BBM.

Bantuan, dan minyak yang dibeli di Aceh Utara, hanya sampai ke kawasan kem. Selanjutnya untuk memboyongnya hingga kawasan Buntul, Bener Meriah, hanya manusia pilihan yang mampu melakukanya.

Bila dari Buntul menuju terahir kenderaan bisa melintas dari Aceh Utara waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam jam hingga dua jam. Namun untuk kembali dari sana menuju Buntul waktu tempuhnya lebih lama, karena pendakian, ditambah medan yang berat, waktu tempuhnya mencapai 3 sampai 4 jam. Itupun fisik harus kuat.

Namun, banyak manusia melakukanya. Kawasan berlumpur diantara bongkahan kayu dan bebatuan yang disapu banjir ini, ramai dilalui manusia. Setiap harinya mencapai ribuan.

Ada diantara mereka yang menjual jasa fisik melangsir bantuan, ada juga relawan kemanusia. Hasil para penjual jasa ini, di Aceh Tengah sudah beredar minyak jenis pertamax yang kisaran harganya, Selasa (09/12/2025) antara Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu.

Diantara banyaknya manusia yang peduli dengan musibah ini, ada satu kelompok peduli donasi Gayo, yang beranggotakan, Mugie, Andi Irham, Sona, H. Fauzi Muhammad. H. Yudi, Haji Abi, Farid Subar, Sarina, Toha Muhammad, Dimas.

Pada Senin (08/12/2025) dari Takengon mengerahkan sekitar 100 relawan untuk mengangkut sembako dan BBM dari Yudi yang jumlahnya mencapai 10 ton. Namun bantuan itu hanya mampu diangkut sekitar 1,5 ton. Sisanya masih tertinggal di lokasi terahir mampu dijangkau kenderaan.

“Alhamdulilah, kami kembali dengan selamat. Saya bergabung dengan seratusan relawan peduli Gayo yang mengangkut sembako,” sebut Fitriana ketua DPRK Aceh Tengah yang ikut langsung menapaki jalan berlumpur bersama relawan.

“Medanya berat bang. Tidak mampu seluruh bantuan itu mampu kami angkut. Bantuan yang berhasil kami bawa sudah kami salurkan ke masyarakat untuk beberapa titik. Kami pulang dengan selamat, itu sudah satu keberhasilan,”sebut Andi Irham salah seorang komunitas relawan ini.

Di lapangan, mereka yang kuat fisiknya menyediakan jasa untuk mengangkut bantuan dengan tarip Rp 10 ribu perliter minyak. Nilai itu belum sepadan dengan medan dan lelahnya mereka, namun itu dilakukan, selain untuk menyambung hidup, juga berbalut tugas kemanusian.

Hasil kerja  merekalah minyak kenis pertamax terjual di masyarakat Bener Meriah dan Aceh Tengah walau harganya jauh diatas normal.

Selain relawan yang mengangkut sendiri bantuan dan menyalurkanya ke masyarakat, di Aceh Tengah ada juga relawan Pemuda Peduli Gayo, yang mengandalkan bantuan sembako via udara, dengan heli.

Mereka menentukan titik koordinat turunya heli, kemudian berbagi dengan penduduk setempat, sisanya mereka salurkan kepada masyarakat. Tetapi ada juga bantuan mereka yang belum tepat sasaran, ketika turun sudah diserbu warga.

Kini para relawan dibawah koordantor Satria Darmawan, Marwan Effendy, Edy Linting dan Iqoni Cs ini, berbuah kecewa.

Senin (8/12/2025) mereka sudah menunggu di sejumlah titik koordinat, namun ada kebijakan bantuan tidak lagi diturunkan sesuai titik koordinat, namun semuanya dipusatkan di Bandara Rembele Bener Meriah.

Untuk mengambilnya kesana, selain mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Transportasi yang terbatas, BBM langka, namun harus berhadapan dengan “pengamanan di Bandara” yang melarang para komunitas, relawan mendistribusikan langsung ke masyarakat.

Bantuan di Bandara juga sering bermasalah, untuk jatah Pemda Aceh Tengah saja banyak yang berkurang dari daftar yang tertera. Apalagi bantuan para relawan. Bantuan itu ada yang raib. Masih ada pihak yang memanfaatkan moment musibah.

Walau keadaan serba sulit, belum normal dan harus menyiapkan segala-galanya, para relawan di Gayo tetap melakukan perbuatan kemanusianya. Mereka melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menolong para korban bencana, walau para relawan sendiri merupakan korban musibah.

Aroma keringat para relawan, ada tetesan air mata oleh mereka yang menerima bantuan. Bau lumpur dan rasa letih para relawan telah melahirkan semangat bertahan hidup bagi korban duka ini. Relawan jangan berhenti, negeri ini masih sangat membutuhkan bantuanmu. (BG)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI