DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Perindustrian terus memperkuat daya saing industri kecil dan menengah (IKM) kulit melalui peningkatan kompetensi pelaku usaha dan pengembangan produk bernilai tambah tinggi. Langkah ini ditempuh seiring besarnya peluang pasar global untuk produk kulit kreatif, khususnya yang menggunakan teknik carving.
Berbagai proyeksi menunjukkan pasar leather goods dunia diperkirakan mencapai USD 390 miliar hingga USD 738 miliar pada 2030. Produk berteknik carving disebut memiliki nilai jual 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan produk kulit polos.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa pemerintah ingin mendorong IKM naik kelas melalui pelatihan, pendampingan, dan fasilitasi berbasis kompetensi.
“Industri kulit memiliki peluang besar untuk menghasilkan produk yang memadukan kualitas, seni, dan identitas budaya,” ujarnya, Selasa (9/12/2025).
Kemenperin mencatat kinerja industri kulit terus membaik. Pada triwulan III-2025, sektor ini tumbuh 4,87 persen dan berkontribusi 1,37 persen terhadap PDB industri nonmigas. Nilai ekspor mencapai lebih dari USD 7,8 miliar, naik 5 persen secara tahunan.
Untuk memperkuat SDM dan kualitas produk, Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) menggelar pelatihan teknis bagi perajin. Salah satunya dilakukan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBSPJIKKP) bekerja sama dengan Disperindag Magetan, melalui pelatihan teknik carving yang berlangsung lima hari pada November 2025.
Magetan dipilih karena menjadi salah satu sentra industri kulit terbesar di Indonesia, dengan ratusan IKM yang memproduksi dompet, tas, sepatu, hingga aksesori. Daerah ini juga ditopang komunitas kreatif yang berkembang di bidang kerajinan kulit handmade dan ecoprint.
Kepala BBSPJIKKP Cahyadi menyebut teknik carving menjadi keterampilan bernilai seni tinggi yang sulit digantikan mesin. “Ini menjadi kekuatan utama IKM Indonesia untuk bersaing pada produk high-value,” ujarnya.
Penerapan carving dinilai mampu meningkatkan nilai ekonomi produk sekaligus memperkuat identitas budaya melalui motif tradisional.
“Industri kreatif kulit bukan hanya membuat barang, tetapi memberi karakter dan cerita pada setiap karya,” pungkas Cahyadi. [in]