Mali: Anggota Senior JNIM Amadou Koufa Tewas Oleh Serangan Prancis
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Mali - Seorang anggota senior Mali dari kelompok bersenjata Jama'at Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM) telah tewas dalam serangan yang dipimpin oleh pasukan Prancis, menurut tentara Mali.
"Saya mengkonfirmasi bahwa Amadou Koufa terbunuh dalam operasi itu," kata jurubicara tentara Mali Kolonel Diarran Kone kepada kantor berita Reuters, Sabtu. Dia menolak untuk menjelaskan.
Militer Prancis mengatakan pada hari Jumat bahwa Koufa mungkin tewas dalam operasi di wilayah Mopti tengah yang "menghentikan aksi" sekitar 30 pejuang kelompoknya.
Jenderal Abdoulaye Cisse mengatakan kepada kantor berita AFP pada hari Sabtu bahwa Koufa terbunuh di hutan Wagadou. "Dia meninggal karena luka-lukanya," katanya.
"Setelah operasi militer, teroris Koufa terluka parah dan dibawa pergi oleh para pendukungnya sebelum dia meninggal," kata seorang pejabat militer lainnya kepada AFP, yang tidak ingin disebutkan namanya.
JNIM belum mengomentari laporan kematian Koufa.
Koufa, seorang pengkhotbah, adalah salah satu dari deputi tertinggi untuk Iyad Ag Ghali, pemimpin kelompok bersenjata JNIM yang paling menonjol di Mali.
Dibuat dari penggabungan kelompok-kelompok lokal pada Maret 2017, JNIM kemudian didukung oleh Al-Qaeda di Islamic Maghreb (AQIM).
Pada bulan September, Amerika Serikat telah menetapkan kelompok itu sebagai "organisasi teroris asing".
Kelompok-kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan al-Qaeda mengambil alih gurun yang luas di Mali utara pada tahun 2012, tetapi sebagian besar diusir dari daerah itu dalam operasi militer yang dipimpin Perancis pada tahun 2013.
Pemerintah Mali menandatangani perjanjian damai dengan beberapa koalisi pemberontak pada tahun 2015, tetapi kelompok-kelompok bersenjata masih aktif dan lahan yang luas dari negara itu tetap berada di luar kendali pemerintah.
Kelompok itu telah melakukan banyak serangan terhadap tentara dan warga sipil di Mali dan negara tetangga Burkina Faso.
Menanggapi serangan-serangan itu, Prancis dan AS mengerahkan ribuan pasukan di wilayah semi-kering di Afrika Barat. Al Jazeera