Beranda / Berita / Dunia / Dua Mantan Staf Twitter Dituduh Inteljen untuk Arab Saudi

Dua Mantan Staf Twitter Dituduh Inteljen untuk Arab Saudi

Jum`at, 08 November 2019 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

                        Foto: BBC Indonesia


DIALEKSIS.COM | Amerika Serikat - Dua mantan pegawai Twitter dituntut di Amerika Serikat dengan tuduhan menjadi mata-mata untuk pemerintah Arab Saudi.

Tuduhan ini dibuka, Rabu (6/11/2019), di San Francisco berisi tuduhan bahwa "para agen Arab Saudi mencari informasi pribadi para pengguna Twitter, termasuk para pengkritik pemerintahan Arab Saudi".

Dokumen pengadilan menyebut nama kedua agen itu sebagai Ahmad Abouammo, warga Amerika Serikat dan Ali Alzabarah, dari Saudi.

Seorang lagi, seorang warga Saudi lainnya Ahmed Almutairi, juga dituduh melakukan kegiatan mata-mata.

Harian The New York Times menyatakan ini adalah pertama kalinya warga negara Arab Saudi dituntut dengan tuduhan menjadi mata-mata di dalam negeri Amerika Serikat.

Ahmad Abouammo hadir di pengadilan di Seattle dan dikirim lagi ke penjara sementara menunggu sidang berikutnya hari Jumat (8/11/2019).

Ia juga dituduh memalsukan dokumen dan membuat pernyataan palsu kepada biro investigasi federal Amerika, FBI.

Tuduhan kriminal kepadanya menyatakan ia memberi FBI tagihan palsu yang tanggalnya sudah diubah, menagih seorang pejabat Saudi yang namanya tak disebutkan sebesar US$100.000 (sekitar Rp1,4 milyar) untuk keperluan "jasa konsultasi".

Abouammo juga disebutkan berhenti dari pekerjaannya sebagai manajer rekanan media di Twitter pada tahun 2015.

Sedangkan Alzabarah, bekas insinyur di Twitter, dituduh mengakses data pribadi lebih dari 6.000 pengguna Twitter di tahun 2015 sesudah ia direkrut oleh agen Arab Saudi.

Salah satu akun Twitter yang ia akses diduga muncul di catatan yang ditemukan pada surat elektronik seorang pejabat Arab Saudi. Ini mengungkapkan tingkat rincian yang bisa didapatkan oleh Alzabarah tentang pengguna Twitter itu.

Menurut tuduhan itu, catatan pejabat tersebut berbunyi: "Yang satu ini profesional. Ia warga Saudi yang menggunakan enkripsi. Kami melacak dia dan menemukan bahwa 12 hari lalu ia masuk ke Twitter dari IP [dihilangkan] pada pukul 18:40 18:40 UTC tanggal 25/05/2015. Ia tidak masuk dari telepon genggam, tapi memakai peramban. Ia sekarang sedang daring, memakai Firefox dari komputer Windows."

Menurut penyelidik, Alzabarah dikonfrontir oleh atasannya dan diliburkan sebelum kabur ke Arab Saudi bersama dengan istri dan anaknya.

Tuduhan terhadap orang ketiga, Almutairi, adalah bertindak sebagai perantara antara dua orang pegawai Twitter ini dengan pejabat Saudi.

Alzabarah dan Almutairi diyakini kini berada di Arab Saudi.

Pemerintah Arab Saudi diduga membayar mereka ratusan ribu dolar AS. Salah seorang dari mereka juga menerima arloji Hublot mewah senilai sekitar US$20.000 (sekitar Rp280 juta).

Dalam pernyataannya, Twitter menyatakan mereka memahami adanya "berbagai tindakan buruk yang dilakukan oleh oknum" untuk mencoba merusak layanan mereka.

Ditambahkan, "Kami mengerti risiko besar yang dihadapi siapapun pengguna Twitter ketika mereka membagikan pandangan mereka tentang dunia dan ketika menuntut pertanggungjawaban penguasa. Kami punya perangkat untuk melindungi privasi dan kemampuan mereka agar mereka tetap bisa melakukan kegiatan penting tersebut."

Arab Saudi merupakan salah satu sekutu penting Amerika di Timur Tengah.

Presiden Donald Trump terus memelihara hubungan erat dengan kerajaan ini di tengah banyaknya kecaman terkait pembunuhan terhadap wartawan Jamal Khashoggi tahun lalu.

Khashoggi dibunuh ketika mengunjungi konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.(BBC)

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda