Peringati Sumpah Pemuda, CASS Hadirkan KIP dan Panwaslih Aceh
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Center for Atjeh Strategic Studies (CASS) menghadirkan Komisioner Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh dan Komisioner Panwaslih Aceh dalam diskusi publik refleksi 90 tahun sumpah pemuda yang dilaksanakan di 3in 1 Coffe, 26/10/2018.
Mengangkat tema "dengan semangat nasional sumpah pemuda bertanggung jawab dalam menciptakan iklim demokrasi yang damai dan kondusif" CASS menghadirkan empat pemateri. Masing-masing Agusni, AH, SE sebagai Komisioner KIP Aceh, Marini, S.Pt sebagai Komisioner Panwaslih Aceh, Tarmizi sebagai Ketua POSPERA, dan Ismet, ST, MT seabagi Ketua Karang Taruna Aceh.
Acara tersebut dihadiri oleh puluhan peserta yang berasal dari berbagai kampus di Banda Aceh, mayoritas diantaranya berasal dari mahasiswa UIN Ar raniry dan dari Unsyiah.
Direktur CASS, Mirza Fanzikri, M.Si dalam sambutannya mengatakan bahwa pentingnya peran pemuda sebagai tokoh pelopor yang memiliki semangat revolusioner dalam menentukan arah masa depan bangsa. Pemuda merupakan ujung tombak pergerakan yang memiliki pengaruh luas dan kematangan kerja. Oleh karena itu, dengan semangat refleksi 90 tahun sumpah pemuda kita berharap Aceh dan Indonesia menuju ke arah yang lebih baik, apalagi menjelang pilpres yang sudah sangat dekat. "Peran pemuda sangatlah besar dalam memainkan fungsi dan perannya sebagai agent of change, bukan malah larut dengan berita hoax dan antipati terhadap kebijakan politik," ungkap Mantan Ketua Umum BADKO HMI Aceh itu.
Bertindak sbagai pembicara pertama, Tarmizi sebagai Ketua POSPERA Aceh mengawali diskusi dengan menyatakan, "Pemuda merupakan ownernya bangsa yang memiliki visi-misi dan langkah yang sangat menentukan arah pembangunan". Di era pergerakan pra kemerdekaan 90 tahun yang lalu, pemuda memainkan peranan penting dan sangat aktif dalam menjalankan gagasan-gagasan dan pola pikir yang strategis. Saat itu pemuda memikirkan tentang kedaulatan dan luas wilayah, yang menjadi perdebatan dalam topik-topik pembicaraan dan diskusi kala itu.
Tarmizi membandingkan dengan kondisi pemuda zaman sekarang yang jauh berbeda, "Sangat berbeda pada saat ini, seakan-akan semangat pemuda mulai luruh dan luntur. Pemuda saat ini seakan tidak memiliki gagasan, baik secara substansi maupun konsep."
Bahkan dalam dunia politik sekalipun, kata Tarmizi, sangat disayangkan ketika parpol tidak memiliki konsep yang baik. Maka jangan berharap para calon legislatifnya memiliki program kerja yang baik untuk diperjuangkan. Maka, titiplah negeri ini pada orang yang cerdas, bukan kepada orang yang bodoh.
Ismet, ST, MT sebagai Ketua Karang Taruna Aceh dalam diskusi itu mengatakan, dalam menghadapi tahun perpolitikan, secara garis besar ada dua model klasifikasi pemuda : pertama pemuda kota yaitu SDM nya baik, memiliki akses informasi dan komunikasi lebih mudah dan cepat, serta lebih kreatif dan selektif dalam memilih caleg. Sedangkan pemuda desa kebanyakan memiliki SDM yang lemah disebabkan oleh kurangnya penguatan ekonomi, sehingga kurang berpartisipasi dalam pemilu bahkan sebagian lainnya bersumsi bahwa pemilu merupakan hanya milik beberapa orang saja sehingga menyebabkan mereka tidak tertarik untuk terlibat.
Menghadapi realita dan kenyataan seperti itu, Ismet mengajak, marilah kita saling bahu-membahu dalam membangun semangat kepemudaan, salah satunya dengan keterlibatan KIP sebagai bagian terpenting dari proses pemilu dengan cara bekerja ekstra dalam mewujudkan partisipasi pemuda dalam pemilu 2019 dengan menyongsong semangat persatuan dan menghargai perbedaan.
Selanjutnya, Komisioner KIP Aceh yang dihadiri Agusni AH, ia mengajak seluruh pemuda untuk terlibat aktif mengambil bagian dalam pemilu 2019 ini. "Pemuda harus cerdas melihat pemimpin yang tidak saja elitis tapi juga peduli kaum marginal. Pemuda di tuntut untuk bisa aktif menggiring masyarakat ke TPS dalam memilih pemimpin yang credible secara duniawi dan ukhrawi, karena pemilu merupakan moment penting sebagai penentu pemimpin selama lima tahun kedepan, maka jangan asal pilih," jelasnya.
Sebagai pembicara terakhir, Marini, S.Pt yang mewakili unsur Komisioner Panwaslih Aceh meminta pemuda untuk memfilter segala informasi. "Jangan mudah mengirim berita bohong (hoax), karena saat ini Bawaslu dan KPU telah bekerjasama dengan badan cyber Polri untuk mengawasi berita di media solsial terkait pemilu," jelasnya.
Marini juga mengapresiasi CASS yang menyelenggarakan diskusi publik kepada pemuda terkait isu Pemilu. "Pola-pola diskusi seperti yang telah dilakukan lembaga ini merupakan bentuk pendidikan politik bagi pemuda, sehingga pendidikan politik di tingkat pemuda bisa terus dibangun partisipasinya, salah satunya melalui diskusi seperti ini.
Marini mengatakan, Panwaslih Aceh berencana akan datang ke kampus-kampus untuk meningkatkan partisipasi kepada mahasiswa dan pemuda, salah satunya membuka peluang jika ada pemuda yang berkeinginan menjadi pemantau pemilu atau menjadi relawan partisipatif. (a)