Pelantikan PWI Aceh Tengah Bertabur Poster
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Takengon- Jurnalisa kembali dipercayakan untuk mengayuh bahtera PWI Aceh Tengah tiga tahun ke depan. Dalam agenda pemilih pengurus baru, Jurnalisa dipilih melalui aklamasi. Namun saat pelantikan, diwarnai dengan poster beragam statemen untuk PWI.
Pemilihan pengurus PWI juga berlangsung dalam suasana santai, Sabtu (27/4/2019) di ARB Coffe. Plt PWI Aceh Aldin NL, menyebutkan Aceh Tengah menjadi refrensi PWI di Aceh. Rasa kekeluargaan, saling mengisi antara senior dan junior, tergambar dari PWI di negeri penghasil kopi ini.
Kedudukan sekretaris PWI yang sebelumnya dipercayakan kepada Darmawan Masri, kini diganti oleh Wen Yusri Rahman. Sementara bendahara tetap dipercayakan kepada Irwandi.
Dalam agenda pemilihan itu awalnya peserta mengusulkan agar wartawan senior Bahtiar Gayo untuk memimpin PWI. Namun lelaki yang sudah 30 tahun menekuni dunia jurnalistik ini menolaknya.
"Biarkan yang muda yang mengurus organisasi. Siapapun tidak masalah yang penting organisasi tetap berjalan," sebut Bahtiar Gayo, yang sudah tiga kali pemilihan pengurus PWI di sana tetap menolaknya sebagai pimpinan.
Usai dilakukan pemilihan pengurus, siangnya dilangsungkan dengan pelantikan. Jurnalisa kepada Bupati Aceh Tengah meminta agar gedung PWI yang sudah diberikan pinjam pakai, kiranya menjadi asset PWI yang refresentatif.
"Kebersamaan yang sudah dibangun selama ini cukup baik, semoga ke depan akan tetap baik. Namun kiranya untuk dimaklumi tugas insan pers, yang sudah pasti akan ada kritikan dan saran kepada Pemda dalam mengambil kebijakan," sebut Jurnalisa dalam sambutanya.
Sementara itu Aldin NL, Plt PWI Aceh, dalam sambutanya kembali mengulang bahwa PWI Aceh Tengah merupakan PWI yang paling harmonis di Aceh. " Kebersamaan antara senior dan junior terbina dengan baik, saling mengerti, saling mengisi dan memberi. Ini menjadi contoh PWI di Aceh," jelas Aldin.
Wakil Bupati Aceh Tengah Firdaus, yang menghadiri pelantikan PWI ini, berharap apa yang sudah terbina selama ini dengan baik, kiranya akan terus dipelihara dalam membangun daerah.
Menyinggung soal gedung PWI, Firdaus menjanjikan untuk sama sama memperjuangkanya. Agar PWI memiliki kantor yang refresentatif.
Selain menyerahkan pataka PWI kepada pengurus baru, acara pelantikan itu diisi dengan pembacaan puisi dalam dua bahasa. Gayo dan Indonesia. Untuk puisi Gayo (tengkeh) pada awal acara disampaikan Bahtiar Gayo, wartawan senior yang juga seniman Gayo.
Sementara puisi dalam bahasa Indonesia disampaikan Tiara, seniman wanita yang membuat hadirin memberikan aplusan. Demikian dengan pusisi musikalisasi yang disampaikan Purnama Kahar diiringi biola Yusradi (Wartawan Merdeka.com)
Sebelum acara pelantikan PWI ini berlangsung, para undangan sempat tersentak dengan banyaknya poster bertempel di dinding dan tiang gedung pendiri. Unjuk rasa anti PWI. Ternyata spanduk itu ditulis para seniman Gayo yang menaruh harapan pada PWI. Bukan unjuk rasa.
Diantara belasan poster itu ada kata kata tertulis di dalamnya. " PWI harus netral, jangan mau diintervensi. Suarakan kepentingan rakyat. PWI Harus berani dan jujur". Ada juga dalam kata kata Gayo, mengutip Falsafah, PWI enti tunung tunging ni buyung". (Baga)