Ketua TKD Aceh Seruhkan Elit Aceh Bersikap
Font: Ukuran: - +
Presiden Joko Widodo dalam acara Penekanan sirine dan penandatanganan prasasti tanda dimulainya pembangunan Tol Banda Aceh-Sigli Jumat (14/12/2018).(Dok. Kementerian PUPR)
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Aceh, Irwansyah atau kerap disapa tgk Muksalmina, Menyerukan kepada tokoh dan elit Aceh untuk segera bersikap terkait kekalahan Pasangan Calon Nomor Urut 01, Joko Widodo dan Ma’ruf Amin di Aceh.
Dirinya mengatakan hal itu perlu dilakukan agar tidak ada kendala ke depan terkait sejumlah program jokowi di Aceh.
Pasalnya dari hasil penghitungan sejumlah lembaga hitung cepat (quick count) perolehan jokowi amin anjlok di Aceh.
"Dalam kondisi suara pak jokowi begini. Perlu ada tokoh aceh yang menyikapi agar tidak ada kendala kedepan terkait program program jokowi di aceh. Di Jawa Barat sejumlah tokoh masyarakat telah berkomentar dan menjumpai pak Jokowi meminta dipedulikan juga daerahnya walau pak jokowi kalah mutlak disana" ujarnya ketika dihubungi Dialeksis via selular, Sabtu (20/4).
Irwansyah berharap agar kekalahan jokowi amin ini tidak berimbas kepada kepentingan rakyat Aceh. Dirinya mengatakan pilihan masyarakat Aceh dalam Pilpres ekses daripada gembosan fitnah elit politik terhadap jokowi di Aceh.
"Bagi kita bagaimana hal ini (kekalahan jokowi di Aceh - red) tidak berimbas kepentingannya masyarakat. Karena pilihan masyarakat itu di dasari oleh elit elit politik yang menyebarkan fitnah terhadap pak jokowi" pungkasnya.
Berdasarkan catatan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Rabu (17/4) Pukul 19.00 WIB, perolehan suara jokowi-amin di Aceh kalah telak dibandingkan pasangan Prabowo-Sandi. Prabowo dapat 83,88 persen, akan halnya Jokowi hanya mendapat 16,12 persen.
Hasil ini praktis berbanding jauh ketika Pilres 2014 di Aceh. Dimana Jokowi yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla, meski kalah di Aceh namun mampu meraih 45,61 persen suara. Sebaliknya Prabowo-Hatta, unggul dengan 54,39 persen suara.
Lembaga survei Politicawave sebelumnya menyebut Jokowi telah menjadi korban hoaks, bahkan tujuh kali lebih besar pada Pilpres 2014.
Seperti dikutip beritasatu, Direktur Eksekutif PoliticaWawe Jose Rizal saat konferensi pers di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (7/2) mengatakan sejak Pilpres 2014 hingga 2019, banyak hoax yang dialamatkan kepada Jokowi.
"Dari Pilpres 2014 sampai 2019 terlihat bahwa Jokowi adalah korban hoax politik," ujar Yose Rizal.
Selama proses Pilpres 2019, PoliticaWave memantau 10 isu hoax dengan jumlah percakapan terbesar yaitu, isu Ratna Sarumpaet, utang pemerintah, kontainer surat suara tercoblos, E-Toll dari utang Cina, e-KTP palsu dari Tiongkok, Jokowi dituduh PKI, konsultan asing, ijazah SMA Jokowi palsu, 10 juta TKA Tiongkok dan Ma’ruf Amin diganti Ahok.
(PD)