Kepala ANRI: Arsip Tsunami Aceh Bisa Diakses Publik, Diharapkan Jadi Acuan Studi Bencana Tsunami
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Kepala ANRI, Imam Gunarto (kiri) didampingi Rektor USK Prof Marwan (kanan) saat sesi jumpa pers di acara Seminar Internasional yang digelar di USK, Selasa (13/12/2022). [Foto: Dialeksis/Naufal Habibi]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Universitas Syiah Kuala mengadakan seminar internasional dalam rangka merefleksi 18 tahun tsunami Samudera Hindia di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Aceh, Selasa (13/12/2022).
Seminar ini mengangkat tema "Menuju Pusat Arsip Pandemi dan Kebencanaan: Pembelajaraan dari Tragedi Tsunami Aceh untuk Ilmu Pengetahuan dan Warisan Dokumenter" secara daring dan luring.
Dalam sambutannya, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Abdullah Azwar Anas mengatakan saat ini pemerintahan dan masyarakat dunia juga bergandengan tangan untuk bangkit dan pulih dari pandemi. Hal ini selaras dengan penyelamatan arsip penanganan Covid-19 Indonesia sebagai sumber pengetahuan dan warisan dokumenter dalam ingatan masyarakat untuk membangun pembelajaran dan warisan kepada generasi mendatang.
"layaknya masyarakat Aceh yang bangkit dan membangun kembali Tanah Rencong pasca-tsunami," Kata Abdullah Azwar.
Senada dengan itu, Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto mengatakan sejak tahun 2005, Arsip Tsunami Aceh sendiri sudah diletakkan dan dirapikan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia. Sejak tahun 2015, Arsip Tsunami Aceh sudah didigitalisasi dan sudah diajukan ke UNESCO sebagai Memory of the World Internasional.
"UNESCO bisa menilai karena ini bisa diakses oleh masyarakat yaitu arsip-arsip penanganan tsunami dan rehabilitasi rekonstruksi dalam sebuah gedung," kata Imam Gunarto kepada awak media, Selasa (13/12/2022).
lanjut Kepala ANRI, sebelumnya Pemerintah sudah mempunyai satu gedung arsip yang menampung segala arsip mengenai bencana tsunami di Aceh. Dikarenakan arsip ini sangat banyak sekali, pada tahun 2018, presiden Joko Widodo memutuskan untuk membangun gedung arsip nasional satu lagi kepada masyarakat Aceh dan dunia.
"Dengan diakuinya arsip tsunami sebagai MoW oleh UNESCO, maka informasi penanggulangan bencana tsunami yang terekam dalam arsip juga diharapkan dapat diakses dengan mudah oleh publik," ujarnya.
Imam Gunarto menambahkan pengelolaan arsip sendiri kepada masyarakat selain digitalisasi. Tahun ini fasilitasi arsip tsunami dijadikan pusat studi tsunami yang telah diintegrasikan dengan program studi yang ada di perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
"Mahasiswa program studi kebencanaan bisa belajar di pusat studi itu tidak hanya di Indonesia tapi seluruh dunia bisa. Termasuk kita banyak juga belajar dengan arsip nasional dari negara lain baik arsip nasional Singapura dan di asia tenggara lainnya," pungkasnya.
Pada seminar internasional ini juga dilaksanakan penandatanganan eksekutif program antara ANRI dan National Archives of Singapore dan penandatanganan Nota Kesepahaman antara ANRI dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh. [NH]