ISMI Aceh: Rencana Beli Pesawat Sebaiknya Setelah Pandemi Berakhir
Font: Ukuran: - +
Reporter : Alfi Nora
Ketua ISMI Aceh, Nurchalis [Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah Aceh bakal membeli pesawat N-219 dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk menjangkau daerah kepulauan di Tanah Rencong. Artinya, Aceh menjadi provinsi pertama di Indonesia yang membeli pesawat buatan dalam negeri itu.
Menanggapi kabar itu, Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh, Nurchalis menyampaikan bahwa pada prinsipnya ia setuju dengan rencana pembeliaan pesawat tersebut, namun melihat kondisi pandemi saat ini belum berakhir, hal itu bukan keputusan yang tepat.
Menurutnya, pembelian pesawat bukan suatu kebutuhan yang mendesak untuk kondisi pandemic Covid-19 hari ini.
“Setidaknya kalau Covid-19 akan berakhir atau mereda di akhir 2021, baru nanti direncanakan di 2022, lebih baik anggaran yang digunakan itu beli pesawat dialihkan untuk memperkuat ketahanan pangan,” ujarnya saat dihubungi Dialeksis.com, Rabu (30/12/2020).
Pemulihan pasca pandemi itu sangat penting untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi rakyat itu sendiri, salah satunya dengan ketahanan pangan, UMKM, maupun industri-industri yang hari Sudah morat marit dalam hal mempertahankan eksistensi bisnisnya.
Kemudian, untuk beli pesawat itu harus ada perawatannya dan dirawat oleh maintenance. Jika pesawat itu tidak digunakan secara maksimal dan optimal tentunya akan mengurangi biaya daerah lagi.
“ Kalaupun disewakan kepada orang lain tentunya akan terjadi piutang lagi oleh pengusaha yang menyewakan pesawat ini, karena kondisi ekonominya juga tidak bertahan, nantinya juga akan timbul persoalan-persoalan baru lagi ke depan,” ujarnya.
Menurut Nurchalis, jika tujuan perencanaan kedepan untuk memperkuat jarak tembuh atau memperlancar arus kedatangan investor atau mengangkut hasil-hasil bumi dari Aceh ke luar, sebaiknya untuk tahun ini direcovery saja dulu waktu perencanaannya, kemudian silakan dibeli pada tahun 2022 saat kondisi pandemi ini sudah mereda.
ISMI Aceh menyarankan kepada Pemerintah Aceh untuk tidak membeli pesawat tersebut sebelum pandemi mereda, untuk perencanaan boleh-boleh saja, sebaiknya disaat semua kondisi ekonomi sudah normal kembali kemudian perdagangan global juga sudah aman serta tidak perlu takut dengan pandemi Covid-19.
“Tentunya investor akan masuk, orang Aceh juga akan bebas melakukan perjalanan keluar, kalau sekarang siapa yang mau pergi, mau pergi wisata saja takut kita hari ini,” ungkapnya.
Karena sangat disayangkan jika nanti menjadi tidak berfungsi, pesawat sudah dibeli, ternyata saat hadir disini tidak berfungsi.
“ Jadi coba untuk diefektifkan, dikaji matang-matang jangan hanya sekedar untuk membeli, tetapi efektivitas fungsionalnya harus jelas, jelas ketepatan dengan waktu dan kondisi yang sesuai,” pungkasnya.