Beranda / Sosok Kita / Aflidar Firya, Raja Baca Aceh 2021 yang Tak Pernah Gengsi Jadi Driver Ojol

Aflidar Firya, Raja Baca Aceh 2021 yang Tak Pernah Gengsi Jadi Driver Ojol

Senin, 13 Desember 2021 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : akhyar

Raja Baca Aceh 2021, Aflidar Firya. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Semangat membaca dan berkarya, begitulah slogan sederhana yang dirumuskan Aflidar Firya. Tokoh Raja Baca Aceh 2021 ini sangat berharap agar makna filosofis yang terkandung di dalam slogan tersebut mampu menjadi promotor utama dalam menggerakkan minat baca di Aceh.

Aflidar Firya merupakan pemuda asal Peureulak, Aceh Timur. Ia lahir pada tanggal 31 Agustus tahun 2000. Kini ia berstatus sebagai mahasiswa aktif di Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh semester 7 dengan program studi Ilmu Perpustakaan.

Berbekal pengalaman dan tindak-tanduknya dalam berorganisasi di internal kampus, Aflidar mengaku yakin bisa mengemban tugas dalam mendongkrak peningkatan indeks literasi di Aceh. Sebagai Raja Baca Aceh 2021, Aflidar juga telah menyusun berbagai strategi.

Salah satunya dengan mengadakan program rutin mingguan bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh dalam kegiatan perpustakaan keliling di tiga titik lokasi berbeda setiap akhir pekan. Lokasi perpustakaan keliling itu akan ada di lapangan Gelanggang Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, lapangan Blang Padang, serta di Stadion Harapan Bangsa.

Bicara soal kondisi literasi di Aceh, Aflidar mengaku prihatin dengan para penulis-penulis muda yang tidak tahu harus menerbitkan karya tulisannya kemana. Berharap mampu menjembatani dilema yang sering dialami oleh penulis muda ini, Aflidar akan membuat sebuah Festival Gema Literasi. 

Dimana festival itu terbuka untuk umum dan mengajak kolaborasi para pegiat literasi di Aceh serta para penulis buku untuk bisa bersama-sama melaunching buku secara serentak dalam ajang festival tersebut.

Ia juga akan berusaha memulas Hikayat Aceh supaya dikenal kembali oleh anak-anak muda serta akan mengumandangkan Hikayat Aceh sebagai identitas para warga yang tidak boleh terlupakan oleh zaman.  

Target sasaran yang dibidik tentu saja untuk anak SD dan SMP. Karena menurutnya, kecintaan akan sejarah atau kecintaan terhadap budaya akan mampu membuat seorang anak bisa menumbuhkan sifat ingin tahu, sehingga dengan keingintahuannya itu membuat mereka akan terbiasa mengulik informasi dan membaca.

Di samping menjadi Raja Baca Aceh 2021, Aflidar juga seorang mahasiswa yang aktif berorganisasi, baik di kampus maupun luar kampus. Namun, dengan segala kesibukan dan aktivitas organisasi, hal itu tak langsung membuatnya lupa pada teman-teman sejawat. Ia selalu menyempatkan waktu untuk bercanda, mengobrol, dan berdiskusi bersama dengan teman-temannya itu.

Aflidar juga bukanlah tipe orang yang suka memaksa kehendak dengan apa yang dipikirkan. Opininya terkait kemaslahatan organisasi tak pernah ia sampaikan kepada teman-teman yang bukan dari organisasi. 

Bagi teman-temannya, sebisa mungkin ia mencoba agar tak menjadi asing. Ketika teman-temannya menyukai futsal, ia akan mewadahi dalam bentuk turnamen dan mengajak pula teman-teman yang bukan dari organisasi untuk ikut bertanding bersama. Dengan sikap sederhana ini, Aflidar berusaha membuat nyaman teman-temannya terlepas dari penobatannya sebagai Raja Baca Aceh 2021. 

Di luar kesibukan organisasi dan jalinan relasi dengan teman-teman, Aflidar sehari-harinya juga bekerja sampingan sebagai seorang Driver Ojek Online (Ojol) Grab Bike di Kota Banda Aceh. Baginya, tak sedikit pun terbesit rasa gengsi, karena ia percaya kerja keras tak akan mengkhianati hasil.

Kiat dalam berbagi waktu, kerja tim merupakan modal utama. Selama ia aktif di organisasi kampus kemudian jika ada kegiatan yang bertabrakan dengan aktivitas lain di luar kampus, ia selalu berkoordinasi dengan tim. Ia bisa mengamanahkan tanggung jawab kepada anggotanya dengan secara kerelaan. Ia tak pernah memaksa anggotanya atau melepas tanggung jawab kepada orang lain.

Menanggapi rumor jika aktif berorganisasi menjadi penghambat terlambatnya lulus kuliah, baginya selama demi menggapai masa depan yang lebih cerah, terlambat selesai kuliah tidak apa-apa. Namun, apabila keterlambatan menyelesaikan studi disebabkan karena kelalaian, baginya itu merupakan sesuatu yang kebangetan.

Terkadang orang yang berorganisasi juga sering lupa diri. Misal dibilang “ngapain tamat cepat-cepat, apa wisuda cepat-cepat, nanti nggak ada relasi!” iya, itu memang benar. Tetapi tidak bisa juga oleh kita melupakan tanggung jawab dari rumah. Mungkin dengan keadaan telat tamat kuliah membuat adik-adiknya nggak bisa berkuliah, karena tanggungan biaya jadi berlebih.

Satu pesan dari Aflidar, meskipun relasi Anda lebih banyak, tapi apa gunanya ketika wisuda nanti mungkin orangtua Anda sudah tiada. Jadi, apa gunanya larut dalam berorganisasi. Tetap ingat prioritas sebagai mahasiswa dan tanggung jawab terhadap orangtua. [Akh]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda