Beranda / Berita / Anak Bunuh Orang Tua, Ahli Psikolog: Perlu Pendalaman Kejiwaan Pelaku

Anak Bunuh Orang Tua, Ahli Psikolog: Perlu Pendalaman Kejiwaan Pelaku

Jum`at, 01 Maret 2024 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Biyu

Psikolog Barmawi, S.Ag., M.Si. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Polresta Kota Banda Aceh menetapkan anak kandung korban pembunuhan Ibu Rumah Tangga (IRT) asal Kota Sabang, Evy Marina Amaliawati (53), sebagai tersangka.

Menanggapi fenomena sosial masyarakat di mana anak membunuh ibu kandungnya sendiri, psikolog terkemuka Barmawi, S.Ag., M.Si, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Aceh memberikan tanggapannya. Ia menyatakan bahwa dari sudut pandang psikologis, pelaku pembunuhan tersebut memiliki beragam latar belakang.

"Masyarakat di sekitar mungkin telah mencap anak tersebut sebagai durhaka atau kurang beragama. Terkadang, kita sulit memahami bagaimana mungkin seorang anak dapat membunuh orang tuanya sendiri," jelasnya.

Menurut Barmawi, secara ilmiah, pelaku pembunuhan juga mungkin mengalami masalah psikologis seperti gangguan mental atau masalah emosional. Ia menjelaskan bahwa penyebabnya bisa beragam, mulai dari menyebabkan kesedihan mendalam, depresi, hingga perasaan putus asa. Hal ini disebabkan oleh pengalaman traumatis yang menghambat perkembangan empati anak dan membahayakan sisi emosional mereka.

"Pelaku mungkin telah mengalami kekerasan dalam keluarga, yang kemudian menyebabkan mereka tumbuh menjadi individu yang agresif di masa depan. Salah satu bentuk ekspresi kekerasan ini bisa berujung pada tindakan pembunuhan," katanya.

Barmawi juga menekankan bahwa pengalaman traumatis yang diabaikan dapat menyisakan luka yang sulit sembuh dan berpotensi merusak fungsi otak jangka panjang.

"Ketika seseorang tidak merasakan keterikatan yang baik dalam proses tumbuh dan berkembang emosional, mereka cenderung membangun hubungan yang destruktif saat dewasa," tambahnya.

Selain itu, Barmawi menyoroti peran rasa malu yang mendalam yang sering kali muncul ketika seseorang mengalami kekerasan, baik secara verbal maupun non-verbal, terutama terkait dengan status sosial.

"Jika hal ini berlanjut dalam jangka waktu yang lama, bisa menyebabkan trauma yang memicu tindakan pembunuhan. Penting untuk mengobati trauma pada seorang anak agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang dapat mengendalikan diri. Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman sangat berpengaruh pada perkembangan otak," tegasnya.

Barmawi menekankan perlunya melakukan pemeriksaan psikologis secara menyeluruh terhadap pelaku, untuk memastikan apakah mereka dapat diproses hukum atau tidak karena kondisi kejiwaannya yang tidak normal.

"Perlunya pemeriksaan kejiwaan yang mendalam, karena pelaku mungkin saja berusaha menyembunyikan sifat sesungguhnya mereka," tambahnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda