Beranda / Opini / Tuah Sabang

Tuah Sabang

Minggu, 21 April 2024 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Jafar

Penulis: Teuku Muhammad Jafar, Pemuda asli Sabang. Foto: doc pribadi


DIALEKSIS.COM | Opini - Pada hari Sabtu (20/04/2024), kami, sebagai anak pulau terbarat di Indonesia, secara kebetulan bertemu di ATM BSI, bukan di warung kopi tempat orang biasanya berkumpul. Meskipun kami awalnya ingin melanjutkan pertemuan ke warung kopi terdekat, kesibukan masing-masing akhirnya membuat kami berpisah, bukan karena kita pergi ke tempat yang berbeda.

Di Sabang, kami berasal dari tiga gampong yang berbeda. Saya dari Gampong Ie Meulee, juroeng Bahagia, sumur 3, yang saat ini menjadi lokasi wisata paling menarik di Sabang. Bukan hanya itu, kebanyakan perkantoran di Sabang terpusat di Gampong Ie Meulee. Fernan Canon Jr. berasal dari Gampong Kota Atas, demikian juga Bang Harjuna. Bang Harjuna, dalam pemilu ini, maju sebagai caleg dari Partai Nasdem, meskipun belum beruntung. Semoga dia akan mendapatkan keberuntungan lain.

Saya dan Fernan (Abu Faradis) dulunya aktif di IPPEMAS, sebuah organisasi di Paguyuban Sabang. Kami juga lulusan kampus yang berbeda: Fernan dari USK, saya dari UIN, dan Bang Harjuna juga lulusan USK dengan gelar Insinyur.

Fernan adalah salah satu pemuda keren. Ide-idenya orisinal dan progresif, dan sekarang dia mengabdikan hidupnya pada gerakan sipil di bidang Anti Korupsi dan Good Governance.

Sabang saat ini memang berada dalam puncak keberuntungan. Banyak orang Sabang, baik yang lahir dan memiliki KTP Sabang, maupun yang tidak, yang memulai karir dari Sabang dan sekarang menduduki posisi strategis dan penting dalam pemerintahan Aceh serta di tingkat nasional, seperti kepala dinas, kepala Biro Setdaprov Aceh, atau bahkan menjadi Atase di Kedubes Indonesia di London dan Bank Dunia, serta banyak yang sukses di ibu kota sebagai tenaga ahli eksekutif dan legislatif.

Kepala Kementrian Agama Provinsi Aceh, misalnya, ada dua orang yang berkarir lama di Sabang, baik yang lama (Dr. Muhammad Iqbal) maupun yang baru (Drs. Azhari). Meskipun bukan kelahiran Sabang, keduanya telah menjadi bagian dari Sabang dan sering pulang pergi ke sana.

Pak Azwardi, Sekda Aceh saat ini, baru saja dilantik setelah lulus dari STPDN. Sebagai birokrat kelahiran Pidie yang keren, dia memulai karirnya sebagai Camat di Kecamatan Sukakarya Kota Sabang dan pernah menjabat sebagai Sekretaris KNPI Kota Sabang. Sebelumnya, Azwardi adalah Asisten Pemerintahan, Keistimewaan, dan Kesejahteraan Rakyat pada Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Aceh, juga pernah sebagai Pj Bupati Aceh Utara, dan Kepala Kerukon Katibul Wali.

Tengku Agam, nama aslinya Nazaruddin, S.Ikom, adalah Tuah Sabang lainnya. Dia adalah satu-satunya putra kelahiran Sabang dan pemilik KTP Sabang yang berhasil menjadi anggota DPRA, dan semoga menjadi Ketua DPRA. Tgk Agam adalah Walikota Sabang periode 2019-2024 dan Wakil Walikota Sabang 2014-2019.

Di Nusantara, warga Sabang adalah yang paling santai, tetapi bukan berarti pemalas. Pagi hari mereka bekerja, mengelola wisata, mengurus bisnis, berdagang; siang hari mereka istirahat hingga Ashar, setelah Ashar mereka kembali aktif. Jangan heran jika Anda ke Sabang, di atas jam 12 siang, toko-toko tutup dan baru buka lagi menjelang Magrib.

Warga Sabang ramah, tidak suka bergosip, dan tidak suka berghibah. Ketika ngopi atau berbelanja, motor mereka diparkir dengan kunci. Malam hari, motor tidak pernah dimasukkan ke dalam rumah karena aman.

Setiap tahun, 35.000 warga Sabang selalu menyambut 17.000-20.000 wisatawan yang berkunjung, hampir setengah populasi warga Sabang. Sabang, dengan 35.000 penduduk, hanya memiliki 3 kecamatan dan 18 gampong, dari total 6498 gampong di seluruh Aceh dan 290 kecamatan di seluruh Aceh. Tiga kecamatan tersebut adalah Sukajaya, Sukakarya, dan Suka Makmu. Gampong saya ada di Kecamatan Sukajaya.

Anak muda Sabang, dari generasi 60-90an, dibesarkan dengan memori kolektif Tangga Tujuh, Ujung Asam, Free Port, Jengek, Gelora Wijaya Kusuma Theatre, layar tancap penerangan, mie sedap, mie jalak, mie Bang Akob, Sembad (Swimbath) perikanan, Balek Gunung, dan lainnya, yang tentu berbeda dengan Gen Z dan Gen Y.

Jika Anda ingin maju sebagai Walikota Sabang, Anda hanya perlu 8000-10.000 suara, karena jumlah pemilihnya sekitar 20.000. Tuah Sabang memang sedang berlangsung, dan akan ada banyak keberuntungan lain yang spektakuler dan besar yang akan terjadi.

Penulis: Teuku Muhammad Jafar, Pemuda asli Sabang. 

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda